![]() |
Anak Pramuka yang sedang melaksanakan upacara (Dok. Ist) |
MediaWarta.id - Pramuka, atau Praja Muda Karana, adalah satu-satunya gerakan kepanduan yang berkembang di Indonesia. Kegiatan ini umumnya sudah dikenal sejak bangku sekolah dasar sebagai ekstrakurikuler yang melatih kedisiplinan.
Walau begitu, gerakan kepanduan sebenarnya bukan asli dari Indonesia. Kepanduan sudah muncul lebih dulu di berbagai negara, dengan nama dan sejarah masing-masing, sebelum akhirnya berkembang di tanah air.
Sejarah Pramuka Indonesia
Sejarah Pramuka di Indonesia dimulai pada tahun 1912. Saat itu, pemerintah kolonial Belanda membawa gerakan kepanduan bernama Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO).
Empat tahun kemudian, tepatnya pada 1916, NPO berganti nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereniging (NIVP).
Di tahun yang sama, lahir pula organisasi kepanduan lokal pertama di Indonesia, yaitu Javaansche Padvinder Organisatie (JPO) yang didirikan oleh Mangkunegara VII.
Kehadiran JPO memicu berdirinya organisasi kepanduan lain seperti Hizbul Wathan, Jong Java Padvinderij, Nationale Padvinders, Nationaal Indonesische Padvinderij, dan Pandoe Pemoeda Sumatra.
Tahun 1926, beberapa organisasi kepanduan di Indonesia bergabung menjadi Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO). Namun, pemerintah Belanda kemudian melarang organisasi kepanduan pribumi menggunakan kata "Padvinder".
Sebagai gantinya, KH Agus Salim memperkenalkan istilah "pandu" atau "kepanduan" yang maknanya setara dengan kata pramuka.
Menuju Persatuan Kepanduan Nasional
Pada 23 Mei 1928, terbentuk Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) yang menjadi wadah peleburan beberapa organisasi, termasuk INPO, SIAP, NATIPIJ, dan PPS.
Setelah Indonesia merdeka, tepatnya 28 Desember 1945, lahirlah organisasi nasional bernama Pandu Rakyat Indonesia.
Sayangnya, jumlah organisasi kepanduan terus bertambah hingga ratusan, sehingga pemerintah membentuk federasi untuk menatanya. Salah satu bentuknya adalah Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO), meski kemudian dianggap kurang efektif.
Pada tahun 1960, pemerintah bersama MPRS berupaya membenahi organisasi kepanduan. Presiden Soekarno memanggil sejumlah tokoh pada 9 Maret 1961 untuk menyatukan gerakan kepanduan menjadi satu wadah resmi.
Panitia pembentukan Gerakan Pramuka pun dibentuk, beranggotakan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Aziz Saleh, dan Achmadi. Hasilnya, seluruh organisasi kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka.
Beberapa momen penting kelahiran Pramuka antara lain:
- 20 Mei 1961 – Terbit Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka (Hari Permulaan Tahun Kerja).
- 30 Juli 1961 – Seluruh tokoh kepanduan berkumpul di Istora Senayan dan sepakat melebur ke Gerakan Pramuka (Hari Ikrar Gerakan Pramuka).
- 14 Agustus 1961 – Presiden Soekarno menyerahkan panji Gerakan Pramuka kepada perwakilan di hadapan ribuan anggota pramuka (Hari Pramuka Nasional)..Sejak saat itu, 14 Agustus diperingati setiap tahun sebagai Hari Pramuka.
Sosok Bapak Pramuka Indonesia
Salah satu tokoh penting di balik lahirnya Pramuka adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang dijuluki sebagai Bapak Pramuka Indonesia.
Lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912 dengan nama GRM Dorojatun, ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Leiden, Belanda.
Pada 18 Maret 1940, ia resmi menjadi Sultan Yogyakarta. Selain menjadi tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan, Hamengkubuwono IX juga aktif di dunia kepanduan dan bahkan menjabat sebagai Pandu Agung.
Dalam proses penyatuan organisasi kepanduan, Presiden Soekarno sering berkonsultasi dengannya.
Setelah Pramuka resmi berdiri, ia diangkat sebagai Ketua Kwartir Nasional (Ka Kwarnas) pertama dan menjabat selama empat periode (1961–1974).
Atas jasanya, ia menerima berbagai penghargaan internasional, seperti Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement pada 1973, dan Silver World Award dari Boy Scouts of America pada 1972.
Hamengkubuwono IX wafat di Washington, DC, Amerika Serikat pada 2 Oktober 1988. Hingga kini, tanggal kelahirannya, 12 April, diperingati sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia.
0 Komentar