![]() |
Ponorogo kembangkan pangan (Dok. Ist) |
MediaWarta.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo mulai fokus mengembangkan pertanian organik sebagai cara untuk menjaga ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Pertanian organik dinilai lebih sehat karena tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia. Selain itu, hasil panennya juga punya nilai jual yang lebih tinggi dibanding padi biasa.
Tahun ini, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dipertahankan) Ponorogo menyiapkan lahan seluas 3.000 hektare untuk menjalankan program pertanian organik ini.
Kepala Dipertahankan Ponorogo, Supriyanto, menjelaskan bahwa program ini dijalankan secara swakelola.
Artinya, dikerjakan langsung oleh masyarakat melalui pemberdayaan 120 kelompok tani di berbagai kecamatan. Setiap kelompok akan menggarap sekitar 25 hektare sawah.
“Pertanian organik ini sangat menjanjikan, nilai jualnya bisa tiga kali lipat dari gabah biasa,” ujarnya, Minggu (20/4).
Setiap kelompok tani akan mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 25 juta. Dana tersebut digunakan untuk membeli alat pertanian, bibit unggul, pelatihan pengolahan lahan, serta pendampingan dari tim ahli.
Program ini tidak akan berhenti di angka 3.000 hektare. Pemerintah daerah menargetkan perluasan lahan pertanian organik hingga 25 ribu hektare pada tahun 2029.
Menurut Supriyanto, pasar untuk padi organik juga semakin terbuka, apalagi di kota-kota besar yang masyarakatnya sudah mulai sadar akan pentingnya makanan sehat.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, mendukung penuh program ini. Ia menegaskan bahwa tujuan utamanya bukan hanya memastikan ketersediaan pangan, tapi juga meningkatkan kualitasnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa peralihan ke sistem pertanian organik tidak bisa dilakukan secara instan.
“Harus step by step. Tidak bisa langsung jadi. Sekalian Dispertahankan rumuskan bagaimana antisipasi jika terjadi gagal panen,” pesan Kang Giri, sapaan akrab bupati.
0 Komentar